RSS

tell the world that you`re ...

tell the world that you`re ...
a strong person. talk louder, feel deeper. yes, you can!!

share your story about everything



Pasar. Siapa orang yang tidak mengenal pasar. Jika dia tidak mengenal pasar, berarti dia tidak benar-benar hidup alias hidup tapi mati. Apa yang kita pikirkan pertama kali tentang pasar? Kumuh? Jorok? Kotor? Atau sarangnya sampah masyarakat? Banyak orang yang muncul dengan asumsinya sendiri mengenai pasar. Ada juga yang bilang kalo seorang perempuan setidaknya harus datang ke pasar. Sekedar untuk berbelanja kebutuhan dapur atau iseng menemani Mama belanja.
Tapi pernahkah kita berpikir tentang sisi lain sebuah pasar? Mencoba berpikir bukan dari segi negatifnya saja, tapi juga dari segi positif yang kita dapatkan setelah kita keluar dari pasar. Dan itulah yang saya rasakan beberapa hari yang lalu, dan ingin saya bagikan di sini.
Pasar. Pasar adalah suatu tempat dimana kita bisa belajar banyak hal darinya. Kita bisa belajar banyak karakter berbeda tiap orang. Dan bisa lebih menghargai setiap lembar uang yang kita punya. Pasar kumuh? Memang mungkin jika sekilas pandang, itulah kesan pertama yang kita dapat dari pasar. Banyak lalat, bau, becek, dan masih banyak lagi. Mungkin sempat terlintas dalam otak kita, apa tidak ada petugas kebersihan? Kenapa orang jorok bisa diizinkan berdagang? Lalu bagaimana dengan barang yang mereka jual? Bersihkah itu? Layak konsumsikah itu? Atau… bisa dikonsumsi manusiakah? Mungkin iya. Tapi tentu tidak bisa kita sepenuhnya menyalahkan mereka. Mereka yang hanya berniat  untuk berdagang, menjual apa yang biasa mereka jual demi kelangsungan hidup mereka ke depan tentu tidak terlalu berpikir dengan kebersihan di sekitar mereka. Yang terpenting adalah, apa yang mereka bawa hari itu bisa laku dan pulang dengan membawa untung untuk keluarga di rumah.
Salah satu contohnya, ada seorang Ibu penjual jamu. Sebut saja beliau Ibu Ati. Ibu Ati yang rela berjualan jamu keliling di pasar demi menyekolahkan anaknya sampai bangku perkuliahan. Dia rela menenteng-nenteng botol-botol jamu kemana-mana dari pagi hingga sore untuk mencari selembar demi selembar uang demi anaknya. Tapi, bukan kabar baik yang Ibu Ati dapatkan. Justru sebuah berita yang begitu mengiris hatinya paling dalam. Anak yang begitu dia banggakan, justru pulang tidak dengan membawa sebuah berita baik. Dia pulang dengan membawa berita bahwa dia telah dihamili kekasihnya, dan sekarang sudah hamil 4 bulan. Kontan saja Ibu Ati tak kuasa menahan kesedihannya. Anak yang begitu dia sayangi malah memilih untuk berhenti kuliah demi membesarkan anak dalam kandungannya.
Mungkin ada beberapa dari kita yang dengan mudahnya menghabiskan seberapapun uang yang ada di dompet kita. Menghambur-hamburkannya hanya untuk keperluan yang sama sekali tidak kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Membeli barang-barang branded hanya untuk gengsi semata. Memburu barang-barang mewah agar bisa diterima di kalangan beberapa teman-teman kita. Tidakkah itu terlalu menyiksa diri kita sendiri? Jawabannya, tentu saja dan pasti IYA. Coba bandingkan apa yang kita lakukan tersebut dengan seorang ibu penjual sayur-mayur di pasar. Harga sayuran yang mereka jual hanya berkisar Rp 500,- sampai Rp 1000,-. Saya melihat betapa mereka begitu menghargai setiap koin atau setiap lembar uang seribuan yang mereka dapat. Tiga lembar uang Rp 5000,-, beberapa lembar uang seribuan ditambah lagi dengan beberapa koin yang terdengar dari lipatan kain batik mereka setiap kali mereka menggerak-gerakkannya. Berkali-kali mereka menghitungnya, entah karena alasan apa. Selalu mengucap kata terima kasih untuk setiap pembeli yang membeli sayurannya. Dengan gurat keras di wajahnya, menandakan dia tak pernah pantang menyerah dalam hidup. Melihat hal itu, hati merasa tersentuh dan ingin meneteskan air mata. Jika dibandingkan dengan apa yang kita lakukan selama ini, tentu itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan beliau.
Tentu pernah kita berpikir siapa saja teman kita? Yang mana teman dan yang mana musuh? Tapi pasar, pasar mengajarkan kita arti teman yang sebenarnya. Hubungan antar pedagang yang sangat dekat. Toleransi yang patut diacungi jempol. Dan rasa tenggang rasa, saling memiliki, dan perasaan saling bersaudara satu sama lain. Membuat suasana pasar begitu hangat. Senyum mereka yang tak pernah pudar dari pagi hingga pasar ditutup.
Begitu banyak cerita, kenangan, bahkan cinta yang tertuang dalam suasana pasar yang kita anggap kumuh itu.  Sekarang aku mengerti, pasar bukan hanya tempat transaksi jual beli antara penjual dan pembeli. Tapi pasar adalah sekolah hidup yang memberikan kita banyak pelajaran. Pasar adalah kampus bagi orang-orang yang ingin tahu bagaimana menjalani hidup yang sebenarnya. Pasar adalah tempat dimana kita bisa mengerti makna kata bersyukur. Pasar adalah objek wisata dimana kita bisa mengerti berbagai karakter yang membuat kita merasa tak ingin waktu itu cepat berlalu.
Pasar… jangan ragu untuk datang dan belajar dari pasar. Percaya, karena aku sudah membuktikannya. J

Copyright 2009 it`s my story.... All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates