Ibu. Siapa Ibu?
Bukankah sering kita mengatakan kata tersebut. Atau, kita sering memanggil
seorang perempuan yang lebih tua dengan sebutan Ibu. Oke, jika dilihat dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia Ibu adalah panggilan untuk seorang perempuan yang
telah melahirkan kita. Seorang perempuan yang melahirkan kita. Sekali lagi,
seorang perempuan yang melahirkan kita. Seorang perempuan yang sungguh luar
biasa. Kenapa???
Dia, perempuan
yang kita panggil dengan sebutan Ibu itu rela meminjamkan perutnya untuk kita
gunakan tidur selama 9 bulan tanpa henti. Dia rela membawa kita kemana saja dia
pergi. Rela membagi makanan yang dia makan dengan kita. Memberikan segenap rasa
kasih dan sayang untuk kita. Selalu berdoa agar kita bisa lahir dengan selamat
dan kelak bisa menjadi orang yang berguna, hebat dan hormat pada orang tua.
Membawa beban berkilo-kilo di perutnya tanpa mengeluh. Bahkan hanya rasa
bahagia yang dia rasakan. Rasa khawatir karena menunggu hari kelahiran putra
yang dia nanti-nantikan. Dari mulai dia membuka mata di pagi hari hingga dia
menutup mata di malam hari. SUNGGUH LUAR BIASA. SEKALI LAGI, SUNGGUH LUAR
BIASA.
Dia, perempuan
yang kita panggil Ibu itu tidak cukup hanya mengandung kita. Dia juga harus
berkutat dengan rasa sakit yang amat sangat luar biasa. Dia juga harus rela
mempertaruhkan nyawanya demi kita agar dapat melihat warna dunia ini dengan
selamat. Dia tak berpikir apa-apa, dia hanya memikirkan kita. Hanya kita.
Menangis dan menjerit karena rasa sakit yang dia rasakan dapat seketika berubah
menjadi sebuah senyum tanda rasa bahagia dan puas kala mendengar tangisan kita
pertanda bahwa kita dapat melihat dunia dengan selamat. Rasa sakit yang dia
rasakan berubah menjadi rasa bahagia yang tak tertandingi oleh apapun saat itu.
Melihat sosok mungil yang selama sembilan bulan ini tinggal diam di perutnya
bisa keluar dengan selamat adalah impian semua Ibu di dunia ini. SUNGGUH LUAR
BIASA. PENGORBANAN YANG LUAR BIASA. SEKALI LAGI, AMAT SANGAT LUAR BIASA.
Saat kita masih
kecil. Saat kita masih belum bisa apa-apa. Saat kita belum mampu untuk berdiri
sendiri. Saat kita masih lemah. Ibu meletakkan kita di pangkuannya dengan penuh
kasih. Mengajari kita segalanya. Menunjukkan senyum terbaiknya setiap saat. Menyusui
kita. Dia harus makan makanan yang sehat dan bergizi agar kitapun juga
terpenuhi gizi dan kebutuhannya. Dia sungguh tak kenal waktu dalam menjaga dan
mendidik kita. Dia rela jika jatah tidurnya berkurang kala kita membangunkannya
di tengah malam, saat dimana seseorang harus istirahat. Dia juga rela jika
harus kedinginan demi meminjamkan selimutnya pada kita agar kita tidak
kedinginan. Dia juga rela terjaga tiap malam kala kita sakit. Menjaga kita dari
mimpi-mimpi buruk. Setia berada di samping kita dan memastikan semua baik-baik
saja.
Beranjak
dewasa, kita mungkin sudah sedikit menjaga jarak dengan Ibu agar tidak
dipanggil anak Mama. Menyuruhnya menyiapkan segala kebutuhan kita. Membentak
dan memarahinya saat apa yang kita mau tak berjalan sesuai keinginan karena
Ibu. Tak terpikirkah oleh kita, pernahkah Ibu membentak dan memarahi kita saat
kita mengganggu waktu istirahatnya atau kita mengotori pakaiannya dengan air
kencing kita?? Tidak. Dia tidak pernah marah. Dia hanya tersenyum dengan sabar
dan tulus. Saat kita masih kecil, kita seperti tak mau pisah dengannya. Ingin
selau berada dalam pangkuan, pelukan, dan selalu berada di sampingnya. Tapi
saat dewasa, kadang kita harus pura-pura tak mendengar saat Ibu memanggil kita.
Dulu, saat masih kecil, Ibu selalu setia menemani kita bermain dan menghabiskan
waktunya dengan kita. Tapi saat kita beranjak dewasa, kita lupa padanya. Saat kita punya pacar, kita telah lupa
padanya bahkan untuk sekedar menyapanya. Marah jika Ibu melarang kita
berpacaran. Tidak. Ibu tidak bermaksud melukai kita, dia hanya tidak ingin hati
kita tersakiti. Dia hanya merasa sedih jika melihat kita menagis dan disakiti
oleh seorang laki-laki. Dia sungguh ingin yang terbaik untuk kita, untuk
anaknya.
Dia, perempuan
yang kita panggil Ibu itu selalu menyebutkan nama kita dalam setiap doanya. Dia
selalu berharap yang terbaik untuk kita. Jika suatu saat pendapatnya tidak sama
dengan apa yang kita pikirkan, dia hanya ingin yang terbaik untuk kita. Kita
tidak tahu apa yang sudah dia lalui di masa lalu hingga dia melakukannya pada
kita. Dia bersikap keras pada kita, karena dia tidak ingin kita salah dalam
melangkah. Dia sungguh ingin masa depan kita lebih cerah darinya. Tapi kita tak
pernah menyadarinya. Hanya kata, “ Ibu jahat. Ibu kuno.” Dia sakit hati. Dia
menangis dalam hatinya saat kita mengatakan hal-hal yang menyinggung
perasaannya. Tapi dia tak pernah menunjukkan hal itu pada kita. Dia hanya
menangis di atas sujud setiap shalatnya. Air mata tulus, air mata yang sangat
sayang jika harus keluar karena kelakuan kita. Melihat semua yang telah Ibu
berikan dan korbankan selama ini, punya hak apa kita membentaknya. Memarahinya.
Menghakiminya dari sudut pandang kita saja. Lihat! Lihat apa yang sudah dia
berikan padamu. Jiwa, raga, bahkan nyawapun rela dia berikan demi melihat
putra/putrinya tersenyum. Punya hak apa kita bersikap sok tahu sehingga bisa
semena-mena mengatakan Ibu kita tak tau apa-apa. Punya hak apa kita yang hanya
seorang anak bersikap acuh dan menganggap Ibu tak menyanyangi, tak peduli, dan
tak mengerti kita saat dia tak dapat memberikan apa yang kita minta atau
mengabulkan apa yang kita mau. Lihat, lihat kerut wajahnya. Lihat, lihat peluh
yang menetes dari tubuhnya. Lihat, lihat pakaian yang dia pakai. Lihat apa yang
dia pakai. Dia rela mengalah demi melihat anaknya tampil sempurna. Lantas,
punya hak apa? Punya hak apa kamu bersikap kurang ajar pada seorang Ibu!!!!
Sudahkah kita
menyapa Ibu kita pagi ini. Sudahkah kita berbagi kebahagiaan dengan berbagi
senyum dengan Ibu kita. Sudahkah kita mengucapkan terima kasih untuk setiap
pengorbanannya untuk kita. Dan sudahkah kita menyadari bahwa begitu berartinya
Ibu kita. Munafik jika kita mengatakan kita menyanyangi Ibu padahal masih ada
bohong dan rasa kesal di dalam hati kita pada Ibu. Ibu bukan saja seorang
perempuan biasa. Dia adalah malaikat Tuhan yang dikirim untuk menjaga kita,
selalu berada di samping kita saat kita terpuruk. Saat teman, pacar, atau
siapapun meninggalkan kita. Ibu kita tetap setia di samping kita dan membela
kita dengan segala kebaikan dan keburukan yang kita punya. Ibu adalah suatu
pekerjaan yang amat sangat mulia yang gajinya juga tentu saja amat sangat
mahal. Yang tidak dapat dibeli dengan uang, tapi cinta. Cinta tulus yang kita
berikan padanya. Suatu status yang sangat mulia.
Terima kasih
Ibu, terima kasih untuk semua waktu yang telah kau berikan. Dari aku belum bisa
apa-apa hingga kini aku bisa berdiri dan menatap dunia yang keras ini dengan
semangat yang kudapat dari setiap doa dan senyum indah yang selalu kau
lantunkan dan kau tunjukkan sebagai suatu harta yang luar biasa. Ibu itu ibarat
rumah, kemanapun dan dengan dengan siapapun kita keluar dari rumah itu ibu
tetap menjadi tempat kita kembali. Satu-satunya orang yang selalu ada untuk
kita, itu Ibu. I LOVE YOU MOM, YOU ARE MY EVERYTHING. WITHOUT YOU, I CAN BE
LIKE ME NOW. YOU ARE MY ANGEL. YOU ARE MY GUARDIAN ANGEL. THANK YOU MOM… J