RSS

tell the world that you`re ...

tell the world that you`re ...
a strong person. talk louder, feel deeper. yes, you can!!

lebih dekat dengan IBU



Ibu. Siapa Ibu? Bukankah sering kita mengatakan kata tersebut. Atau, kita sering memanggil seorang perempuan yang lebih tua dengan sebutan Ibu. Oke, jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Ibu adalah panggilan untuk seorang perempuan yang telah melahirkan kita. Seorang perempuan yang melahirkan kita. Sekali lagi, seorang perempuan yang melahirkan kita. Seorang perempuan yang sungguh luar biasa. Kenapa???
Dia, perempuan yang kita panggil dengan sebutan Ibu itu rela meminjamkan perutnya untuk kita gunakan tidur selama 9 bulan tanpa henti. Dia rela membawa kita kemana saja dia pergi. Rela membagi makanan yang dia makan dengan kita. Memberikan segenap rasa kasih dan sayang untuk kita. Selalu berdoa agar kita bisa lahir dengan selamat dan kelak bisa menjadi orang yang berguna, hebat dan hormat pada orang tua. Membawa beban berkilo-kilo di perutnya tanpa mengeluh. Bahkan hanya rasa bahagia yang dia rasakan. Rasa khawatir karena menunggu hari kelahiran putra yang dia nanti-nantikan. Dari mulai dia membuka mata di pagi hari hingga dia menutup mata di malam hari. SUNGGUH LUAR BIASA. SEKALI LAGI, SUNGGUH LUAR BIASA.
Dia, perempuan yang kita panggil Ibu itu tidak cukup hanya mengandung kita. Dia juga harus berkutat dengan rasa sakit yang amat sangat luar biasa. Dia juga harus rela mempertaruhkan nyawanya demi kita agar dapat melihat warna dunia ini dengan selamat. Dia tak berpikir apa-apa, dia hanya memikirkan kita. Hanya kita. Menangis dan menjerit karena rasa sakit yang dia rasakan dapat seketika berubah menjadi sebuah senyum tanda rasa bahagia dan puas kala mendengar tangisan kita pertanda bahwa kita dapat melihat dunia dengan selamat. Rasa sakit yang dia rasakan berubah menjadi rasa bahagia yang tak tertandingi oleh apapun saat itu. Melihat sosok mungil yang selama sembilan bulan ini tinggal diam di perutnya bisa keluar dengan selamat adalah impian semua Ibu di dunia ini. SUNGGUH LUAR BIASA. PENGORBANAN YANG LUAR BIASA. SEKALI LAGI, AMAT SANGAT LUAR BIASA.
Saat kita masih kecil. Saat kita masih belum bisa apa-apa. Saat kita belum mampu untuk berdiri sendiri. Saat kita masih lemah. Ibu meletakkan kita di pangkuannya dengan penuh kasih. Mengajari kita segalanya. Menunjukkan senyum terbaiknya setiap saat. Menyusui kita. Dia harus makan makanan yang sehat dan bergizi agar kitapun juga terpenuhi gizi dan kebutuhannya. Dia sungguh tak kenal waktu dalam menjaga dan mendidik kita. Dia rela jika jatah tidurnya berkurang kala kita membangunkannya di tengah malam, saat dimana seseorang harus istirahat. Dia juga rela jika harus kedinginan demi meminjamkan selimutnya pada kita agar kita tidak kedinginan. Dia juga rela terjaga tiap malam kala kita sakit. Menjaga kita dari mimpi-mimpi buruk. Setia berada di samping kita dan memastikan semua baik-baik saja.
Beranjak dewasa, kita mungkin sudah sedikit menjaga jarak dengan Ibu agar tidak dipanggil anak Mama. Menyuruhnya menyiapkan segala kebutuhan kita. Membentak dan memarahinya saat apa yang kita mau tak berjalan sesuai keinginan karena Ibu. Tak terpikirkah oleh kita, pernahkah Ibu membentak dan memarahi kita saat kita mengganggu waktu istirahatnya atau kita mengotori pakaiannya dengan air kencing kita?? Tidak. Dia tidak pernah marah. Dia hanya tersenyum dengan sabar dan tulus. Saat kita masih kecil, kita seperti tak mau pisah dengannya. Ingin selau berada dalam pangkuan, pelukan, dan selalu berada di sampingnya. Tapi saat dewasa, kadang kita harus pura-pura tak mendengar saat Ibu memanggil kita. Dulu, saat masih kecil, Ibu selalu setia menemani kita bermain dan menghabiskan waktunya dengan kita. Tapi saat kita beranjak dewasa, kita lupa padanya.  Saat kita punya pacar, kita telah lupa padanya bahkan untuk sekedar menyapanya. Marah jika Ibu melarang kita berpacaran. Tidak. Ibu tidak bermaksud melukai kita, dia hanya tidak ingin hati kita tersakiti. Dia hanya merasa sedih jika melihat kita menagis dan disakiti oleh seorang laki-laki. Dia sungguh ingin yang terbaik untuk kita, untuk anaknya.
Dia, perempuan yang kita panggil Ibu itu selalu menyebutkan nama kita dalam setiap doanya. Dia selalu berharap yang terbaik untuk kita. Jika suatu saat pendapatnya tidak sama dengan apa yang kita pikirkan, dia hanya ingin yang terbaik untuk kita. Kita tidak tahu apa yang sudah dia lalui di masa lalu hingga dia melakukannya pada kita. Dia bersikap keras pada kita, karena dia tidak ingin kita salah dalam melangkah. Dia sungguh ingin masa depan kita lebih cerah darinya. Tapi kita tak pernah menyadarinya. Hanya kata, “ Ibu jahat. Ibu kuno.” Dia sakit hati. Dia menangis dalam hatinya saat kita mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaannya. Tapi dia tak pernah menunjukkan hal itu pada kita. Dia hanya menangis di atas sujud setiap shalatnya. Air mata tulus, air mata yang sangat sayang jika harus keluar karena kelakuan kita. Melihat semua yang telah Ibu berikan dan korbankan selama ini, punya hak apa kita membentaknya. Memarahinya. Menghakiminya dari sudut pandang kita saja. Lihat! Lihat apa yang sudah dia berikan padamu. Jiwa, raga, bahkan nyawapun rela dia berikan demi melihat putra/putrinya tersenyum. Punya hak apa kita bersikap sok tahu sehingga bisa semena-mena mengatakan Ibu kita tak tau apa-apa. Punya hak apa kita yang hanya seorang anak bersikap acuh dan menganggap Ibu tak menyanyangi, tak peduli, dan tak mengerti kita saat dia tak dapat memberikan apa yang kita minta atau mengabulkan apa yang kita mau. Lihat, lihat kerut wajahnya. Lihat, lihat peluh yang menetes dari tubuhnya. Lihat, lihat pakaian yang dia pakai. Lihat apa yang dia pakai. Dia rela mengalah demi melihat anaknya tampil sempurna. Lantas, punya hak apa? Punya hak apa kamu bersikap kurang ajar pada seorang Ibu!!!!
Sudahkah kita menyapa Ibu kita pagi ini. Sudahkah kita berbagi kebahagiaan dengan berbagi senyum dengan Ibu kita. Sudahkah kita mengucapkan terima kasih untuk setiap pengorbanannya untuk kita. Dan sudahkah kita menyadari bahwa begitu berartinya Ibu kita. Munafik jika kita mengatakan kita menyanyangi Ibu padahal masih ada bohong dan rasa kesal di dalam hati kita pada Ibu. Ibu bukan saja seorang perempuan biasa. Dia adalah malaikat Tuhan yang dikirim untuk menjaga kita, selalu berada di samping kita saat kita terpuruk. Saat teman, pacar, atau siapapun meninggalkan kita. Ibu kita tetap setia di samping kita dan membela kita dengan segala kebaikan dan keburukan yang kita punya. Ibu adalah suatu pekerjaan yang amat sangat mulia yang gajinya juga tentu saja amat sangat mahal. Yang tidak dapat dibeli dengan uang, tapi cinta. Cinta tulus yang kita berikan padanya. Suatu status yang sangat mulia.
Terima kasih Ibu, terima kasih untuk semua waktu yang telah kau berikan. Dari aku belum bisa apa-apa hingga kini aku bisa berdiri dan menatap dunia yang keras ini dengan semangat yang kudapat dari setiap doa dan senyum indah yang selalu kau lantunkan dan kau tunjukkan sebagai suatu harta yang luar biasa. Ibu itu ibarat rumah, kemanapun dan dengan dengan siapapun kita keluar dari rumah itu ibu tetap menjadi tempat kita kembali. Satu-satunya orang yang selalu ada untuk kita, itu Ibu. I LOVE YOU MOM, YOU ARE MY EVERYTHING. WITHOUT YOU, I CAN BE LIKE ME NOW. YOU ARE MY ANGEL. YOU ARE MY GUARDIAN ANGEL. THANK YOU MOM… J

JUST WANNA SHARE MY STORY



Tak sengaja bertemu dengannya adalah suatu anugerah yang membawa pelajaran yang sangat berharga sekali. Kenapa? Simple, rasa suka maupun sakit yang pernah dia berikan membuatku sadar bahwa sebenarnya dunia ini begitu lebar. Bohong kalo ada yang bilang kalo dunia cuma selebar daun kelor. Kalo memang dunia lebarnya cuma sebesar/ seluas daun kelor, si Columbus nggak perlu lagi tuh keliling dunia hingga pada akhirnya nemuin teori bahwa dunia itu bulat.
Kembali ke cerita… Pertama ketemu, udah tertarik. Dia yang lucu dan apa adanya itu membuatnya tampak berbeda dengan yang lain. Ibarat sebuah berlian di antara batu apung biasa. Terdengar berlebihan tapi itu yang kurasakan saat itu. Ingin mengenalnya lebih jauh. Tapi diri ini nggak berani. Ingin tertawa bareng dia, tapi diri ini malu. Ingin menghabiskan waktu bersama dia, tapi diri ini bingung untuk memulainya. Hingga pada akhirnya dia datang dan memperkenalkan diri dengan begitu ramah dan… ya seperti dia yang apa adanya.
Menjalani hari demi hari bareng dia tuh rasanya nggak kerasa kalo matahari malam udah bersinar. Menyenangkan. Hanya itu yang aku rasakan saat berada di dekatnya. Tiap hari bareng dia udah kayak terapi perut mulu. Ketawa nggak ada habisnya. Ada aja tuh omongannya yang simple tapi bisa buat aku ketawa atau setidaknya tersenyum simpul aja.
Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Dia yang terus memperlakukanku dengan baik dan manis membuatku merasa nyaman saat berada di dekatnya. Tapi semua terasa berubah saat dia mulai menjaga jarak denganku. Awalnya aku berpikir positif saja, tapi tidak saat kutahu bahwa ternyata dia sudah punya pacar. Hari itu nggak akan pernah aku lupain. Sakit. Sangat sakit. Lalu selama ini aku dianggap apa? Untuk apa memberikan harapan-harapan yang indah jika pada akhirnya hanya dijatuhkan dari puncak Mount Everest. Itu tinggi, dan jika jatuh pasti akan sangat sakit sekali. Tanpa dosa, dia kembali datang padaku dengan segala cerita yang dia bawa dengan pacarnya. Iyu nyesek! Tapi, hati ini memaafkan dia tanpa pikir panjang. Tangan ini terbuka sangat lebar menyambut dia yang saat itu diputusin pacarnya.
Aku yang selalu berada di dekatnya, saat dia merasa di puncak maupun saat dia merasa terpuruk sekali. Saat dia jatuh, hanya aku yang berani mendekat dan rela meminjamkan pundak ini untuknya berkeluh kesah. Tapi semua itu tidak ada artinya lagi kini. Tawa, tangis, ledekan-ledekan gokil, begadang bareng, ngobrol dari isya` sampai subuh dari mulai hal kecil sampai hal besarpun kita jabanin. Tanpa lelah dan tanpa keluhan. Janji saling setia selalu bersama, ikrar selalu peduli dan selalu ingat satu sama lain hanya membuat mata ini tak bisa menahan air mata setiap mengingatnya.
Berulang kali dia bohongin aku. Tapi berulang kali pula aku maafin dia. Selalu begitu hingga berjalan selama satu setengah tahun. Tentunya itu bukan waktu yang sebentar. Butuh hati untuk saling peduli, menjaga, dan menganggap satu sama lain ada. Suka senyum sendiri kalo inget semua yang manis. Suka pengen nangis kalo inget yang pahit. Sekarang dia udah benar-benar menjauh. Pengen lupa, tapi nggak bisa. Sayang, waktu nggak bisa diputar. Andai waktu bisa diputar. Aku nggak akan minta agar tidak dipertemukan kamu, tapi aku akan meminta untuk kembali di saat bahagia dan berhenti di sana. Mungkin itu akan jauh lebih baik. Tapi tidak. Tidak akan aku minta hal itu, karena aku bisa melangkah jauh ke depan jauh ke depan tanpa dia. Kenapa tidak? Kalo Amstrong bisa nancepin bendera ke bulan, berarti aku juga harus bisa keep move on without him.
I can. I can do that because I`m a tough girl. Bukan aku yang pernah bertemu dan menghabiskan waktu bersamanya. Tapi aku adalah aku. Aku yang kuat dan tegar. Aku yang selalu tersenyum menghadapi semuanya. Ya, aku! J
Copyright 2009 it`s my story.... All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates