Tak ada yang tahu bagaimana keadaannya
sekarang.
Tak ada yang tahu bagaimana perasaannya
sekarang.
Sedihkah? Terlukakah? Atau sedang bahagia?
Atau... Masihkah dia baik-baik saja saat ini?
Mungkin tak pernah dia bayangkan semua hal
ini akan terjadi. Mungkin juga tak pernah terpikirkan olehnya bahwa orang-orang
yang dia anggap sebagai orang terdekatnya, keluarganya, tega meninggalkannya
begitu saja. Meninggalkannya justru di saat dia membutuhkan keberadaan mereka
di sampingnya.
Apa yang dia pikirkan, apa yang dia
dengar, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia katakan, sungguh tidak ada yang
tahu kecuali dirinya sendiri dan Tuhan saja yang tahu. Mungkinkah sekarang dia
sedang menangis di dalam hati, atau mungkinkah kini dia hanya termenung terdiam
memikirkan segala yang telah terjadi.
Dia rela meninggalkan orang-orang yang
begitu menyayanginya dengan tulus demi seseorang yang menyebutnya sebagai
satu-satunya orang yang mencintainya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya
mungkin bagaimana semua ini bisa terjadi. Entahlah...
Senyum yang terlihat di wajahnya, sama
sekali tak bisa menutupi bagaimana perasaannya saat ini. Tatapan mata kecewa,
rasa bersalah, dan menahan sakit yang teramat dalam, itulah setidaknya yang
kulihat dari tatapan matanya terakhir kali aku melihatnya.
Sama sekali tak memperlihatkan gurat rasa
sedih, tapi dia tak bisa menyembunyikan tetesan air mata yang mulai telihat di
sudut matanya. Bibirnya yang tersenyum kala itu, siapa yang tahu bahwa saat itu
hatinya juga sedang menjerit. Merelakan hidupnya terjebak dalam kesendirian.
Membiarkan hatinya terkurung dalam kesepian. Mungkin bukanlah sebuah kesepian
yang abadi, tapi apa yang dia tunjukkan selama ini mungkin akan membawanya pada
sebuah kesepian dan kesendirian.
Tak ada yang tahu bagaimana rasanya
menjadi dirinya saat ini. Bertahan melawan segala hal demi tak ingin melukai
hati seseorang yang dia cinta. Sedangkan orang yang dicintainya masih saja
bersikap egois, dan telah menempatkannya dalam suatu masalah yang besar.
Mengajaknya menuju suatu gerbang kehancuran yang kapan saja akan menyeret
mereka ke dalam lubang penyesalan.
Mungkinkah selama ini dia hanya
berpura-pura tidak tahu, atau pura-pura tidak mendengar, pura-pura tidak
melihatnya?
Sungguh, ingin aku berlari padanya dan
mengatakan bahwa dia tidak sendiri, karena dia masih punya aku, dia masih punya
kita, dan kami. Sebutlah kami keluarga. Kembalilah pada keluargamu ini. Tak
peduli apapun yang terjadi, kita tetaplah sebuah keluarga.
Cobalah, dengarkanlah bagaimana kata
hatimu saat ini, apa kau masih bisa mendengarnya???